Kisah Teriakan 'Ganyang HMI' di Pagi Buta
:Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Aulia Kosasih, dikeroyok
sekelompok pemuda. Wajahnya lebam-lebam karena dipukul kayu balok,
punggungnya pun terluka oleh sabetan samurai. Tapi bukan kayu, samurai,
luka, lebam-lebam, maupun pengeroyokan itu yang membuat masalah ini jadi
serius, melainkan pemicunya.
Peristiwa itu diawali provokasi yang sarat pesan-pesan simbolik:
'HMI haram di Kampus C, yang ada palu arit' dan 'Ganyang HMI'. Salah
seorang pelakunya pun mengenakan kaos berlambang palu arit, sehingga
mempertegas semuanya. Kenyataan itulah yang membuat kasus ini tak
disikapi layaknya tawuran antarmahasiswa.
Peristiwa yang menebarkan aroma ideologis itu terjadi pada Sabtu
(23/9) dinihari. Saat itu, 10 aktivis HMI menggelar acara menjelang
Ramadhan di kantin Kampus C Akademi Teknik dan Grafika Trisakti (ATGT).
Pada saat yang sama, di tempat yang sama, sekitar 100 mahasiswa ATGT
menggelar acara Malam Keakraban (Makrab). Karena berada dalam ruang dan
waktu yang sama, pertemuan antaranggota kedua kelompok ini pun tak
terhindarkan. Apalagi, para aktivis HMI juga berasal dari Sekolah Tinggi
Manajemen Asuransi (STMA) Trisakti, sama-sama satu almamater. Saat
itulah sekelompok mahasiswa lewat di hadapan Yd dkk dan mengeluarkan
cemooh dan kata-kata ideologisnya.
Menurut Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMA Trisakti, Chaerul
Basar, Yd --alumnus ATGT dan ikut acara Makrab-- inilah yang melakukan
provokasi. ''Dia (Yd) mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak patut
diucapkan sebagai alumnus mahasiswa Trisakti. Karena ucapannya kasar,
maka aktivis HMI bereaksi. Namun reaksi itu dikira tantangan untuk
bentrok,'' jelas Chareul.
Dan, bentrok pun tak terhindarkan. Tapi ini bukan tawuran dengan
kepalan tinju yang terjadi, tapi bentrok ala pinggir jalan yang
melibatkan senjata tajam dan balok. Lima aktivis HMI luka-luka. Aulia
Kosasih yang juga sekretaris HMI Cabang Depok terluka cukup parah karena
sabetan samurai. Diapun hampir ditelanjangi.
Lebam-lebam dan sabetan samurai mengharuskannya menjalani rawat inap
di Rumah Sakit (RS) Yadika, Jakarta Timur. Pekan lalu, Aulia dikunjungi
Akbar Tandjung dan Fuad Bawazier --dua mantan pemimpin organisasi
hijau-hitam. ''Ini bukan sekadar tawuran biasa. Ini tak bisa dianggap
semata-mata murni kriminal,'' kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI,
Fajar Zulkarnaen, saat bertemu dengan Wakil Ketua DPR, Zaenal Maarif, di
gedung DPR/MPR, Jumat (29/9). Simbol-simbol dan slogan yang ikut
diteriakkan maupun dituliskan di tembok kampus, dinilai Fajar tak
ubahnya memutar jarum jam sejarah. Salah satu yang kuat adalah 'Ganyang
PKI'. ''Ini persis seperti tahun 1965 waktu PKI dan onderbouwnya mencoba
menggoyang HMI dengan slogan 'Ganyang HMI','' tandas Fajar.
Dan aroma ideologis itu memang tak sulit dilacak. Yd dkk memang
berasal dari Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAM) Trisakti, organisasi yang
teridentifikasi menganut paham 'ektrem kiri'. ''Menurut saksi, mata para
mahasiswa ATGT dengan bangga menyebut dirinya sebagai kader palu
arit,'' Fajar menuturkan.
Fajar curiga ada motif-motif tak baik di balik aksi pengeroyokan
itu. Peristiwa itu juga memperlihatkan adanya kebangkitan ideologi kiri
di Kampus Trisakti, yang selama ini menyandang sebutan Kampus Reformasi.
Tapi Fajar menegaskan HMI akan melawan PKI gaya baru, seperti yang
dilakukan HMI empat dekade lalu.
Perlawanan itu memang telah ditunjukkan HMI. Senin (25/9) lalu,
sejumlah aktivis HMI gantian mendatangi Sekretaris KAM-Trisakti yang
terletak di Kampus C ATGT, Rawasari, Jakarta Timur. Di sarang
aktivis-aktivis kiri itu mereka gantian berteriak,''Bubarkan PKI,
bubarkan PKI.'' Tapi seterunya sudah hengkang. Tak ada bentrok.
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, ikut
menyayangkan kekerasan bersenjata tajam yang menimpa Aulia Kosasih dkk.
Apalagi, beberapa waktu lalu, peristiwa kerusuhan di Nusa Tenggara
Timur, juga diduga melibatkan OKP. Dia meminta semua pihak introspeksi,
apalagi saat ini merupakan bulan Ramadhan.
Tapi yang lebih disayangkan Adhyaksa dari pengeroyokan Aulia Kosasih
dkk adalah aroma ideologisnya. ''Saya khawatir ini bukan kriminal murni
lagi, tapi sudah dipolitisasi,'' katanya pada acara Buka Puasa bersama
pimpinan sejumlah OKP di masjid di lingkungan Kementerian Negara Pemuda
dan Olahraga, kemarin (29/9). Adhyaksa menuturkan, dalam rapat kabinet
beberapa hari setelah pengeroyokan, dia langsung menyampaikan masalah
itu kepada Kepala Polri, Jenderal Sutanto. Dia meminta kasus tersebut
diungkap tuntas.
Upaya untuk mendesak kasus itu diselesaikan juga disampaikan Wakil
Ketua DPR, Zaenal Maarif. Usai bertemu aktivis HMI, kemarin, dia
mengatakan DPR akan menyampaikan soal itu kepada Badan Intelijen Negara
(BIN) dan Polri. Sebab masalah itu terbilang serius. Kasus pengeroyokan
terhadap Aulia Kosasih itu memang sudah bergulir secara hukum. Namun
terkesan tak maju-maju. Sampai kemarin, Polres Jakarta Timur masih tetap
menetapkan dua tersangka, yaitu Parlin dan Oktaviazi --keduanya
mahasiswa ATGT.
Bagaimana pelaku yang lain, mana mahasiswa yang mengenakan kaos palu
arit, bagaimana pula dengan Yd? Tak ada kabar. Bahkan, Kepala Bidang
Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar I Ketut Untung Yoga Ana, sampai
kemarin, bahkan masih bertanya-tanya tentang kebenaran adanya pelaku
yang mengenakan kaos palu-arit. Menurut informasi yang diperoleh
Republika, orang yang mengenakan kaos tersebut diduga adalah Mt
--alumnuns ATGT seperti halnya Yd.
Tawuran karena latar belakang ideologis seperti yang terjadi di
Kampus Trisakti memang bukanlah sesuatu yang sepele bagi bangsa ini. Dia
adalah sebuah peristiwa yang teramat kelam. Dan hari ini, salah satu
ekses pertentangan itu kita peringati: Gerakan 30 September
(G-30-S)/PKI.
Karena kelamnya peristiwa itu, pengamat intelijen, Wawan Purwanto,
mengatakan peristiwa di Kampus Trisakti tak perlu buru-buru dikaitkan
dengan politik. Dia meminta rekonsiliasi yang dikedepankan, kendati
kecurigaan terhadap bangkitnya komunisme cukup kuat, seperti terlihat di
Jerman dan Rusia.
Masalahnya, kata Purwanto, kalau sudah berhubungan dengan ideologi
memang sulit. Sebab sebuah idelogi bersifat laten, tak akan pernah mati,
kendati tokoh-tokohnya telah berkalang tanah. Jadi?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.